Kamis, 25 Juli 2013

IDE



BAB II
PEMBAHASAN

A.   Definisi Idealisme Plato
          Plato dilahirkan di Athena pada tahun (427 SM) dan meninggal disana pada tahun (347 SM) dalam usia 80 tahun. Didalam filsafat idealisme adalah doktrin yang mengajarkan bahwa hakikat dunia fisik hanya dapat dipahami dalam kebergantungannya pada jiwa (mind) dan spirit (roh). Istilah ini diambil dari idea, yaitu sesuatu yang hadir dalam jiwa.
          Keyakinan ini ada pada Plato. Pada filsafat modern, pandangan ini mula-mula kelihatan pada George Berkeley (1685-1753) yang menyatakan bahwa hakikat objek-objek fisik adalah idea-idea. Leibniz menggunakan istilah ini pada permulaan abad ke-18, menamakan pemikiran plato sebagai lawan materialisme epicurus.
          Plato sering disebut sebagai seorang idealis sekalipun idenya tidak khusus atau spesifik mental, tetapi lebih merupakan objek universal. Akan tetapi ia sependapat dengan idealisme modern yang mengajarkan bahwa hakikat penampakan itu berwatak spiritual. Ini terlihat dengan jelas pada legenda manusia guanya.
          Nama Plato asalnya adalah Aristokles, kemudian guru senamnya memberi nama Plato. Pelajaran yang diperoleh pada masa kecilnya, selain dari pelajaran umum ialah menggambar dan melukis, disambung dengan belajar musik dan puisi. Sebelum dewasa, ia sudah pandai membuat karangan yang bersajak.
          Plato pernah menjadi murid Socrates. Gaya berpikir Socrates besar sekali pengaruhnya terhadap pandangan hidup Plato. Dengan cara begitu, ajaran Plato tergambarkeluar melalui mulut Socrates. Sampai akhir hidupnya, Socrates tetap menjadi pujaannya. Dalam karangannya yang selalu berbentuk dialog, bersoal-jawab, Socrates di dudukkannya sebagai pujangga yang menuntun.
B.   Cara Pemikiran Plato Tentang Filasafat

          Plato pergi dari Athena. Itulah permulaan ia mengembara dua belas tahun lamanya, dari tahun 399 SM-387 SM. Dari Megara, ia pergi ke Kyrena untuk memperdalam pengetahuannya tentang matematika pada seorang guru bernama Theodoras. Disana Plato juga mengajarkan filsafat dan mengarang buku-buku. Plato mengenal ipar raja Dionysios yang masih muda bernama Dion, yang akhirnya menjadi sahabat karibnya.
          Diantara mereka berdua terdapat kata sepakat, supaya Plato mempengaruhi Dionysios dengan ajaran filsafatnya, agar tercapai suatu perbaikan sosial. Hal itu merupakan kesempatan yang baik bagi Plato dalam merealisasikan keinginannya untuk mempraktikkan ajaran filsafatnya kedalam pemerintah yang sesungguhnya.
          Ia benar-benar ingin merealisasikan filsafatnya tentang negara dan pemerintahan, bahkan ia berpendapat bahwa kesengsaraan didunia tidak akan berakhir, sebelum filosof menjadi raja /raja-raja menjadi filosof.
Perjuangannya menghadapi tantangan yang berat, filsafatnya justru semakin membosankan Dionysios. Yang lebih mengerikan, filsafat Plato dituding sebagai ajaran yang membahayakan bagi kerajaan.
          Plato ditangkap dan dijual sebagai budak. Nasib baik bagi Plato, dipasar budak, ia dikenal oleh seorang bekas muridnya, Annikeris dan ditebusnya. Peristiwa ini diketahui oleh sahabat-sahabat dan pengikut-pengikut Plato di Athena. Mereka bersama-sama mengumpulkan uang untuk mengganti harga penebus yang dibayar oleh Annikeris.
          Plato menolak pengganti itu dan akhirnya uang yang terkumpul itu dipergunakan untuk membeli sebidang tanah yang diserahkan kepada Plato untuk dijadikan lingkungan sekolah tempat ia mengajarkan filsafatnya.
          Di situlah didirikan rumah sekolah dan pondok-pondok yang sekitarnya dihiasi dengan kebun yang indah. Tempat itu diberi nama “Akademia”. Di situlah Plato, sejak berumur 40 tahun, pada tahun 387 SM sampai meninggalnya dalam usia 80 tahun, mengajarkan filsafatnya dan mengarang tulisan-tulisan yang terkenal sepanjang masa.


C.   Keistimewaan Idealisme Plato
          Pada tahun 367 SM, setelah 20 tahun menetap dalam Akademia, Plato menerima undangan dan atas desakan dari Dion, ia harus datang ke Sirakusa. Sementara Dinysios yang jahat sudah meninggal diganti oleh anaknya sebagai raja dengan nama Dinysios II. Dion berharap supaya Plato dapat mendidik dan mengajarkan kepada raja yang masih muda itu “pandangan filosofi tentang kewajiban pemerintah menurut pendapat Plato”.
          Saat itu berbagai intrik, fitnah, dan hasutan merajalela dalam istana itu. Enam tahun kemudian, pada tahun 361 SM, hati Plato terpikat lagi untuk datang ketiga kalinya ke Sirasuka. Raja Dinysios II memandang sebagai suatu kehormatan, apabila seorang filosof yang begitu tersohor berada dalam istananya. Dengan tujuan itulah, diundangnya Plato datang ke Sirakusa.
          Mohammad Hatta mengatakan bahwa seorang filosofi menulis tentang Plato sebagai berikut, “Plato pandai berbuat, ia dapat belajar seperti Solon dan mengajar seperti Socrates. Schleiermacher mengatakan bahwa ketegasan Plato tidak dapat diketahui dari tulisannya saja. Bagian yang terbesar dari pendapatnya dikemukakannya waktu mengajarkan filsafat.
          Dalam tulisan-tulisannya yang konstruktif, seperti Dialoge, Republik, dan Timaios terdapat pelajaran sepenuhnya tentang masalah yang tertakhir. Dalam seluruh dialog itu, Plato tetap berpegang pada pendirian gurunya, Socrates. Dalam buku-buku itu tidak terdapat buah pikiran Plato yang timbul kemudian yang menjadi corak filosofinya, yaitu ajaran tentang idea.
          Cita-cita yang dikemukakannya dalam segala tulisannya pada masa itu ialah pembentukan pengertian dalam daerah etik. Dalam beberapa dialog tergambar pendapat Plato tentang hidup sebelum lahir ke dunia dan tentang jiwa yang hidup selama-lamanya. Plato menyudahkan gambaran pendapatnya tentang negara yang ideal. Dialog itu menunjukkan bahwa Plaato bukan saja seorang filosof yang menguasai seluruh filsafat Greek sebelumnya, tapi mempelajari juga berbagai ilmu spesial yang diketahui pada masanya.
          Paham Plato tentang pembentuka dunia ini berdasar pada pendapat Empedokles bahwa alam ini tersusun dari empat anasir yang asal, yaitu : Api, Udara, Air dan Tanah. Menurut Plato, Tuhan sebagai pembangun alam menyusun anasir yang empat itu dalam berbagai bentuk menjadi satu kesatuan.
BAB III
PENUTUP


A.   Kesimpulan
          Dari bahasan diatas kami menyimpulkan bahwa Idealisme Plato menggunakan metode dialog untuk mengantarkan filsafatnya.
Dalam ajaran filsafat Plato terdapat semua filosofi Greek yang di bentangkan sebelumnya. Hampir semua dialog yang dikarang oleh Plato adalah campuran antara filsafat, puisi, ilmu, dan seni.
          Menurut pemikiran falsafahnya, dunia lahir adalah dunia pengalaman yang selalu berubah-ubah dan berwarna-warni. Semua itu adalah bayangan dari dunia idea. Sebagian bayangan, hakikatnya hanylah tiruan dari yang asli, yaitu idea.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar