BAB II
PEMBAHASAN
A.
Definisi
Idealisme Plato
Plato dilahirkan di
Athena pada tahun (427 SM) dan meninggal disana pada tahun (347 SM) dalam usia
80 tahun. Didalam filsafat idealisme adalah doktrin yang mengajarkan bahwa
hakikat dunia fisik hanya dapat dipahami dalam kebergantungannya pada jiwa (mind)
dan spirit (roh). Istilah ini diambil dari idea, yaitu
sesuatu yang hadir dalam jiwa.
Keyakinan ini ada
pada Plato. Pada filsafat modern, pandangan ini mula-mula kelihatan pada George
Berkeley (1685-1753) yang menyatakan bahwa hakikat objek-objek fisik adalah idea-idea.
Leibniz menggunakan istilah ini pada permulaan abad ke-18, menamakan pemikiran
plato sebagai lawan materialisme epicurus.
Plato sering
disebut sebagai seorang idealis sekalipun idenya tidak khusus atau spesifik
mental, tetapi lebih merupakan objek universal. Akan tetapi ia sependapat
dengan idealisme modern yang mengajarkan bahwa hakikat penampakan itu berwatak
spiritual. Ini terlihat dengan jelas pada legenda manusia guanya.
Nama Plato asalnya
adalah Aristokles, kemudian guru senamnya memberi nama Plato. Pelajaran yang
diperoleh pada masa kecilnya, selain dari pelajaran umum ialah menggambar dan
melukis, disambung dengan belajar musik dan puisi. Sebelum dewasa, ia sudah
pandai membuat karangan yang bersajak.
Plato pernah
menjadi murid Socrates. Gaya berpikir Socrates besar sekali pengaruhnya
terhadap pandangan hidup Plato. Dengan cara begitu, ajaran Plato
tergambarkeluar melalui mulut Socrates. Sampai akhir hidupnya, Socrates tetap
menjadi pujaannya. Dalam karangannya yang selalu berbentuk dialog,
bersoal-jawab, Socrates di dudukkannya sebagai pujangga yang menuntun.
B.
Cara
Pemikiran Plato Tentang Filasafat
Plato pergi dari Athena. Itulah
permulaan ia mengembara dua belas tahun lamanya, dari tahun 399 SM-387 SM. Dari
Megara, ia pergi ke Kyrena untuk memperdalam pengetahuannya tentang matematika
pada seorang guru bernama Theodoras. Disana Plato juga mengajarkan filsafat dan
mengarang buku-buku. Plato mengenal ipar raja Dionysios yang masih muda bernama
Dion, yang akhirnya menjadi sahabat karibnya.
Diantara mereka berdua terdapat kata
sepakat, supaya Plato mempengaruhi Dionysios dengan ajaran filsafatnya, agar
tercapai suatu perbaikan sosial. Hal itu merupakan kesempatan yang baik bagi
Plato dalam merealisasikan keinginannya untuk mempraktikkan ajaran filsafatnya
kedalam pemerintah yang sesungguhnya.
Ia benar-benar ingin merealisasikan
filsafatnya tentang negara dan pemerintahan, bahkan ia berpendapat bahwa
kesengsaraan didunia tidak akan berakhir, sebelum filosof menjadi raja
/raja-raja menjadi filosof.
Perjuangannya
menghadapi tantangan yang berat, filsafatnya justru semakin membosankan
Dionysios. Yang lebih mengerikan, filsafat Plato dituding sebagai ajaran yang
membahayakan bagi kerajaan.
Plato ditangkap dan dijual sebagai
budak. Nasib baik bagi Plato, dipasar budak, ia dikenal oleh seorang bekas
muridnya, Annikeris dan ditebusnya. Peristiwa ini diketahui oleh
sahabat-sahabat dan pengikut-pengikut Plato di Athena. Mereka bersama-sama
mengumpulkan uang untuk mengganti harga penebus yang dibayar oleh Annikeris.
Plato menolak pengganti itu dan
akhirnya uang yang terkumpul itu dipergunakan untuk membeli sebidang tanah yang
diserahkan kepada Plato untuk dijadikan lingkungan sekolah tempat ia
mengajarkan filsafatnya.
Di situlah didirikan rumah sekolah
dan pondok-pondok yang sekitarnya dihiasi dengan kebun yang indah. Tempat itu
diberi nama “Akademia”. Di situlah Plato, sejak berumur 40 tahun, pada tahun
387 SM sampai meninggalnya dalam usia 80 tahun, mengajarkan filsafatnya dan
mengarang tulisan-tulisan yang terkenal sepanjang masa.
C.
Keistimewaan
Idealisme Plato
Pada tahun 367 SM, setelah 20 tahun menetap
dalam Akademia, Plato menerima undangan dan atas desakan dari Dion, ia harus
datang ke Sirakusa. Sementara Dinysios yang jahat sudah meninggal diganti oleh
anaknya sebagai raja dengan nama Dinysios II. Dion berharap supaya Plato dapat
mendidik dan mengajarkan kepada raja yang masih muda itu “pandangan filosofi
tentang kewajiban pemerintah menurut pendapat Plato”.
Saat itu berbagai intrik, fitnah, dan
hasutan merajalela dalam istana itu. Enam tahun kemudian, pada tahun 361 SM,
hati Plato terpikat lagi untuk datang ketiga kalinya ke Sirasuka. Raja Dinysios
II memandang sebagai suatu kehormatan, apabila seorang filosof yang begitu
tersohor berada dalam istananya. Dengan tujuan itulah, diundangnya Plato datang
ke Sirakusa.
Mohammad Hatta mengatakan bahwa
seorang filosofi menulis tentang Plato sebagai berikut, “Plato pandai berbuat,
ia dapat belajar seperti Solon dan mengajar seperti Socrates. Schleiermacher
mengatakan bahwa ketegasan Plato tidak dapat diketahui dari tulisannya saja.
Bagian yang terbesar dari pendapatnya dikemukakannya waktu mengajarkan
filsafat.
Dalam tulisan-tulisannya yang
konstruktif, seperti Dialoge, Republik, dan Timaios terdapat
pelajaran sepenuhnya tentang masalah yang tertakhir. Dalam seluruh dialog itu,
Plato tetap berpegang pada pendirian gurunya, Socrates. Dalam buku-buku itu
tidak terdapat buah pikiran Plato yang timbul kemudian yang menjadi corak
filosofinya, yaitu ajaran tentang idea.
Cita-cita yang dikemukakannya dalam
segala tulisannya pada masa itu ialah pembentukan pengertian dalam daerah etik.
Dalam beberapa dialog tergambar pendapat Plato tentang hidup sebelum lahir ke
dunia dan tentang jiwa yang hidup selama-lamanya. Plato menyudahkan gambaran
pendapatnya tentang negara yang ideal. Dialog itu menunjukkan bahwa Plaato
bukan saja seorang filosof yang menguasai seluruh filsafat Greek sebelumnya, tapi
mempelajari juga berbagai ilmu spesial yang diketahui pada masanya.
Paham Plato tentang pembentuka dunia ini
berdasar pada pendapat Empedokles bahwa alam ini tersusun dari empat anasir
yang asal, yaitu : Api, Udara, Air dan Tanah. Menurut Plato, Tuhan sebagai
pembangun alam menyusun anasir yang empat itu dalam berbagai bentuk menjadi
satu kesatuan.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Dari bahasan diatas
kami menyimpulkan bahwa Idealisme Plato menggunakan metode dialog untuk
mengantarkan filsafatnya.
Dalam ajaran filsafat Plato terdapat semua filosofi Greek yang di
bentangkan sebelumnya. Hampir semua dialog yang dikarang oleh Plato adalah
campuran antara filsafat, puisi, ilmu, dan seni.
Menurut pemikiran
falsafahnya, dunia lahir adalah dunia pengalaman yang selalu berubah-ubah dan
berwarna-warni. Semua itu adalah bayangan dari dunia idea. Sebagian bayangan,
hakikatnya hanylah tiruan dari yang asli, yaitu idea.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar